Minggu, 28 Februari 2010



Banyak Galian Di Tutup
Industri Batako Kesulitan Bahan Baku  

PURWAKARTA, RAKA - Industri batako di Purwakarta kesulitan bahan baku pasir. Hal ini menyusul tempat galian pasir yang cenderung berkurang. Selain itu, pasar yang kurang berkembang dan cuaca yang tidak bersahabat membuat industri batako semakin terjepit.

Isal seorang pengusaha batako lokal perseorangan menyatakan, kebutuhan dasar pembuat batako, yakni pasir sekarang makin sulit didapat. Kalaupun ada, harganya bisa hampir dua kali lipat. kalau kondisi terus seperti ini, Isal khawatir pengusaha batako dapat gulung tikar.

Dia mengakui, ketidakstabilan bahan baku sekarang ini merupakan hal baru lantaran sebelum dipicu penutupan beberapa galian pasir oleh pemerintah, sebenarnya bahan baku pasir sangat mudah didapat. "Tapi tidak selama ini bahan baku batako sulit didapt, kita harus mendapatkannya sampai ke Cianjur," ungkapnya.

Menurut dia, sejak Januari 2010, bahan baku pasir menurun hingga 35 persen. Semula, komposisinya bisa didapat sampai 3 atau 4 truk per sekali drop. Kini, bahan baku terus sulit didapat di wilayah Purwakarta.  "Bisa saja komposisi produksi didapat seperti sebelum-sebelumnya, tapi tentunya itu kemudian berpengaruh pada ongkos produksi karena perlu diambil dari luar daerah," kata Isal.  

Merosotnya suplai bahan baku juga diikuti pada produksi batako. Sejumlah pengusaha mengungkapkan, produksi batako kini sudah mulai turun pada kisaran Rp 25 s/d 35 persen per hari. Jumlah itu, lebih rendah dibanding produksi semula (akhir 2009) yang mencapai 80 s/d 90 persen. "Produksi pun menjadi turun karena bahan baku didapat tidak semudah dulu," kata Uwong pengusaha lainnya.

Kondisi ini, lanjut dia, diperparah oleh ketidakmampuan para pemilik industri batako untuk mengambangkan pasar. Selama ini para pengusaha kapur masih tergantung para eksporter di luar daerah Purwakarta.  
 
"Bila dibiarkan terlalu lama akan menggumpal. Apalagi bila pemilik tempat usaha batako masih juga belum mengembangkan usahanya," terangnya.

Menghadapi kondisi ini, uwong mengaku dihadapkan pada situasi dilematis. Jika dirinya menghentikan produksi batako, bakal banyak tenaga kerja yang dirumahkan. "Mereka terus mau mengandalkan siapa bila kami berhenti produksi?" cetusnya dengan nada tanya. Untuk menekan kerugian yang lebih besar, pihaknya memperkecil kapasitas produksi.(rif)
 

 


Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang!


0 komentar:

pengunjung