Senin, 08 Februari 2010

Momentum Hari Pers Nasional Citera Wartawan Buruk Gara-Gara Oknum



FOTO: Ketua PWI Purwakarta Endang Yusuf

JURNALIS adalah penyaksi yang bermata basah pada kejadian yang gemuruh di wajah kemanusiaan kita hari ini. Jurnalis adalah penyaksi yang mengawetkan kesaksian dalam catatan-catatan berita yang memberi makna bagi kejadian. Ia merunut serpih kenyataan, kemudian menautkannya dengan sebait visi untuk melihat zaman yang lebih baik.

Riva Arifin, Purwakarta

HARI ini adalah sebuah berita, besok akan menjadi kepingan sejarah, dan kelak akan menjadi monumen yang dikenang umat manusia agar mengulangi kebaikan pada satu masa dan tidak terjerembab pada lubang yang sama. Jurnalis dan pers adalah mercu suar yang mengawasi kita agar tidak menabrak karang kebodohan, menghardik kita agar tidak menghantam karang kedunguan, memberi jalan terang agar kita tidak sesat di rimba raya peradaban.

Demikian diutarakan Ketua PWI Purwakarta Endang Yusuf kepada Radar Purwakarta (9/2) kemarin menanggapi Hari Pers Nasional (HPN). Menurutnya, momnetum HPN kali ini harus bisa dimanfaatkan para wartawan untuk kembali membalikan citera wartawan yang terpuruk akibat ulah oknum wartawan, baik wartawan tanpa surat kabar (WTS) atau pihak yang hanya mengaku-ngaku sebagai wartawan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi dan golongan.

"HPN harus jadi sarana kebangkitan wartawan dalam upaya menata diri dalam profesionalisme jurnalis, terutama dalam andil memberantas penjahat wartawan," kata Endang Yusuf lewat pesawat genggamnya dari Palembang Sumatera Selatan yang tengah memperingati hari Pers Nasional dan Powarnas 2010, kemarin.

Pernyataan yang diutarakan Endang Yusuf bukan tanpa alasan, sebab selama ini nama wartawan sudah banyak dijerumuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk mengeruk kepentingan dan keuntungan pribadi yang modusnya menggunakan embel-embel nama wartawan. "Sekarang banyak tukang peras dengan menunjukan profesi wartawan. Ini jauh dari sebenarnya dan berimbas buruk untuk dunia pers. Karennya, dalammomentum ini setiap pihak atau siapapun yang menemukan gelagat seperti ini jangan takut untuk melapor," kata Endang.

Endang yang sudah dua periode menjabat sebagai ketua PWI Purwakarta ini menegaskan untuk pihak yang tak sanggup menjalani profesi wartawan jangan kemudian mengaku-ngaku sebagai wartawan. "Wartawan yang baik disertai dengan kartu tugas dan tentunya punya media (cetak atau eletronik). Jadi, sumber juga perlu memilah milah untuk membedakan mana wartawan atau yang cuma ngaku ngaku wartawan. Gampang saja, tanya saja mana karyanya (bisa tulis atau visual) sebagai seorang wartawan," jelas Endang Yusuf.

Ditambahkan dia, dalam kaitan HPN, pihaknya juga meminta pada aparat terkait untuk membantu meminimalisir kemunculan pihak-pihak yang mengaku sebagai wartawan. "Tentunya untuk meminimlaisir hal ini semua pihak harus bekerjasama dalam memberantas kemunculan dan kehadiran oknum-oknum wartawan baik dari wartawan sendiri, sumber, ataupun pihak terkait," tutup Ketua PWI Purwakarta Endang Yusuf.(*)


Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda?
Buat Pingbox terbaru Anda sekarang!


0 komentar:

pengunjung