Jumat, 25 Desember 2009



TERKIKIS : Seni budaya wayanag golek di ambang kepunahan.

Seni Wayang Golek di Ambang Kepunahan

Generasi Muda Enggan Melestarikan

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak kesenian tradisional yang kini banyak ditinggalkan generasi muda. Banyak anak-anak muda sekarang enggan meneruskan seni yang sudah menjadi tradisi. Salah satu kesenian yang kini diambang kepunahan adalah wayang golek. Seperti apa kondisi seni wayang golek riwayatnya kini?

Riva Arifin, Purwakarta
----------------------------------------
Tidak mudah menjadi pecinta seni tradisional saat ini. Pecinta seni tradisional akan berhadapan dan bersaing dengan seni modern. Contohlah dangdut, pop, rock dan lainnya. Karena anak muda enggan menggeluti seni tradisi maka yang terjadi tentu terjadi mandeknya proses regenerasi. Kesenian tradisonal wayang golek juga mengalami ancaman itu. Para pecinta wayang golek bisa jadi tak yakin sampai kapan kesenian wayang ini bisa bertahan.

" Belum tahu juga sampai kapan kesenian tradisional wayang golek bisa bertahan, apalagi proses perubahan regenerasi budaya saat ini terus berkembang pesat," kata Oding (50) satu pecinta seni wayang golek di Purwakarta, kemarin.

Menurutnya regenerasi budaya memang persoalan yang paling mendasar dalam upaya pelestarian seni tradisional seperti wayang golek.  Apalagi, pentas seni wayang golek saat ini eksistensinya bisa dihitung. Kalau pun ada, keberadaannya terbilang jarang dan masih tidak banyak digandrungi kalangan remaja. " Paling pentas seni itu kalaupun ada cuma diselenggarakannya pada acara tertentu saja, seperti di hajat-hatajatan warga. Di televisi juga bisa dilihat siaran acara pentas seni budaya wayag golek ini malahan jarang," kata Oding.

Meskidemikian, lanjut Oding, mencintai produk kesesenian tradisional demi melanjutkan tradisi diakui sebagai sesuatu yang tak bisa dipaksakan. Apalagi, untuk menerusakan kesenian tradisional seperti wayang golek secara turun temurun bukanlah perkara mudah. Sebab istilah perkembangan seni, seiring waktu bakal tetap bergeser dan terus mengikuti perkembangan zaman.

" Hiburan baru yang oleh masyarakat dianggap lebih modern seiring waktu mengikis pandangan masyarakat akan perkembangan budaya seni tradisional itu sendiri. Karenanya, tidak aneh dalam kurun waktu beberapa tahun kebelakang pecinta seni tradisional seperti wayang golek terus menunjukkan kemerosotan meskipun upaya peningkatan masih terus dilakukan," kata Oding.

Tentunya, tambah Oding lagi, hal itu yang kemudian membuat para pelaku seni wayang golek kini jumlahnya juga makin sedikit. Selanjutnya, antisipasi maksimal terhadap eksistensi buadaya wayang golek harus dipikirkan secara bersama, sebab jika tidak, bukan tidak mungkin kesenian tradisional penginggalan nenek moyang kita ini lagi-lagi di klaim oleh bangsa lain. "Kita juga tidak maukan kalau budaya yang jelas-jelas sudah kita warisi sejak lama ini tiba-tiba diklaim sebagai ciptaan bangsa lain," ucapnya.

Pemerhati Budaya Lokal, Tedi Junaedi, di Purwakarta menambahkan keberadaan seni tradisional seperti wayang golek bukan tidak mungkin cepat terkikis lantaran keberadaannya bersaing dengan sebuah arus besar yang mempunyai jangkauan politik sosial kultural dan teknologi yang lebih besar. Arus ini juga yang kemudian mewarnai kehidupan budaya bangsa hingga menyentuh kalangan muda dengan cara menggusur kepribadian dan karakteristik.

" Bila hal itu terus berlangsung, kemudian seni tradisional pun layaknya dijadikan tawanan budaya yang meniru secara total peradaban lain. Contohnya, sekarang saja kebudayaan bangsa sudah meniru kebarat-baratan. Padahal, kebiasaan dan adat bangsa sendiri sementara belum nampak jelas di keberadaban sebagian kalangan generasi bangsa saat ini,"jelasnya. (*)



Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang!


0 komentar:

pengunjung