Jumat, 19 Maret 2010



Mengunjungi Kec Telukjambe Karawang
"Kini Sebutan Wilayah Industri Hanya Jadi "Tontonan" Warga 

Kecamatan Teluk Jambe, Karawang merupakan wilayah yang kini tersentuh perubahan modernisasi. Suasana kemacetan dan tidak sejuknya suasana kini mulai tergambar jelas dengan sebutan sebagai wilayah industri.

Toni Triyadi

Pukul 06.00 WIB gemuruh suara motor bergerak memadati jalan raya Teluk Jambe, Karawang. Puluhan hingga ratusan kendaraan melintas tersendat-tersendat dijalur itu. Maklum, kondisi jalan yang sempit dan banyaknya pedagang menempati bibir jalan  menjadi sumber kemacetan saat itu. Belum ditambah mengalirnya puluhan mobil bus karyawan yang berlalu lalang menyemarakan suasana kemacetan setiap paginya.

Kalau boleh berandai-andai dan membuka lembaran 20 tahun belakang, tentunya kondisi itu jauh berbeda. Keheningan, suara kicauan burung dan masih jarangnya kendaraan melintas menjadi kenangan manis wajah kota kecil Kec Telukjambe tempo dulu.

Saya pun masih teringat saat Pak Mamun seorang tetangga mengajak saya berlari pagi. Saat itu udara segar senantiasa masih setia menyambut datangnya sunrise. Jalanan yg kondisinya masih sepi sempat dijadikan tempat istirahat saat saya dan pak Mamun letih berlari.

Tapi kini, pembangunan itu begitu pesat, pertumbuhan penduduk pun secepat laju kendaraan yang kini banyak melintas. Sejengkal tanah di pinggir jalan, tersulap menjadi warung, pemukiman penduduk dan bangunan pertokoan yang membuat kondisinya kurang tertata.
 
Secara kasat mata, Kec Telukjambe kini merupakan satu wilayah yang mulai menampakkan wajah barunya menuju Kota modernisasi. Fasilitas umum makin kian tersedia. Berdirinya Bank, pusat perbelanjaan modern, Rumah sakit serta fasilitas lainnya mempermudah akses informasi dari segala lini. Perubahan ini tentunya  membawa nilai positif tersendiri.

Bahkan kemudahan itu makin terlihat tat kala wilayah ini dihuni ratusan pabrik berdiri. Istilah orang sini, pabrik apa yang tidak ada di kec Telukjambe? Sejumlah merk dagang terkenal ada di sini. Sebut saja, pabrik otomotif Honda, Yamaha, dan Suzuki. Selain itu, Pabrik baja, kertas, kue, pembalut ,rokok, hingga pabrik pencetak uang sekalipun berdiri tegak menjulang menjelma sosok baru sebagai wilayah industri.

Wajar jika kini, se-antero Indonesia dari sabang sampai merauke berbondong-bondong berkunjung ke wilayah ini karena alasan mencari kerja. Tak jarang mereka yang terkagum-kagum akhirnya menetap dan berlama - lama bekerja di bagian timur wilayah Kabupaten Karawang itu. Tapi jika jawabannya tidak, itu adalah resiko!

Sayangnya, kini Telukjambe ku tak seindah lalu. Dibalik ini semua, halaman yang luas, hijaunya lahan pesawahan, melimpahnya panen buah-buahan harus hilang tergantikan dengan perubahan yang kini terjadi. Jangan harap pula puluhan hektar sawah masih terpandang jauh di depan mata yang yang menyaksikan.

Hanya Sebagai Penonton

Saya yang memandangi setiap jengkal sudut kota seakan hanyut mengamati perubahan yang kini terjadi. Perubahan itu jelas nyata adanya. Namun perubahan ini pula yang mengingatkan saya pada cerita teman dua hari lalu. Ironis memang, dengan banyaknya pabrik yang menjulang, ternyata pribumi masih dijadikan sebagai penonton di rumahnya sendiri.

"Tapi kita disini hanya sebagai penonton saja.Padahal, banyak pabrik yang berdiri.Nyatanya sebagai warga asli sulit sekali untuk mencari kerja,"keluh seorang teman saat itu.

Tentunya saya miris melihat kenyataan ini. Saya pun bertanya dalam hati kecil ini. Benarkah, para pemimpin di Kab Karawang telah berpihak ke masyarakat. Di setiap kampanyenya Bapak-bapak terhormat itu pun selalu "menggemborkan" akan membuatkan peluang kerja seluas-luasnya dan membela masyarakat . Tentunya, saya pun tahu kini, jawaban itu hanya sebatas akan saja?. Bahkan saya berpikir, kini atau saat ini apakah dia masih ingat akan janjinya?.    

Lalu, bagaimana jika warga disini ingin bekerja? Soal itu teman ku bilang. "Ya, rata-rata harus menggunakan uang hingga jutaan rupiah. Ok bagi yang memiliki, bagi yang tidak ya akan selalu menjadi penonton saja. Jaminan ijazah tinggi pun bukan jaminan,"tegasnya.

Tapi kan?perusahaan selalu menerapkan sistem tes bagi perekrutan Karyawan. Artinya, bagi yang lolos akan cepat bekerja. "Hal itu pun sempat kita jalani. Nyatanya, baru kerja tiga bulan kita sudah keluar lagi alasan habis kontrak. Dan banyaknya koneksi juga bermain disini. Jadi, warga Karawang tetap saja menjadi penonton. Sementara, warga luar daerah yang menjadi penikmatnya,"ketusnya.

Ternyata cerita ini bukan dialami teman saya itu. Tapi, di setiap obrolan warung kopi, keluhan ini selalu menjadi topik terhangat warga. Semoga kedepan, Kec Telukjambe yang kini menjadi sebutan wilayah Industri akan ada pemimpin yang tidak menjadikan masyarakatnya sebagai penonton di kampungnya sendiri. (*)  


Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini!


0 komentar:

pengunjung